Senin, 31 Mei 2010

kembali ke SMP 198

cuma berawal dr pesan di BBM sm Erick, temen sekelas pas kelas 2 SMP, akhirnya bs maen lg ke gedung SMP. itulah indahnya ketidak-terencanaan. :D

sebagian gedung sekolah udah terenovasi, sebagian lagi, nunggu turunnya anggaran.
bs merasa bahagia jg ternyata sekolah ini bs direnovasi, mengingat klo dr dulu gw SMP sampe sekarang blm direnovasi jg, mau kyk apa ini sekolah.
tp sedikit merasa sedih jg, bangunan baru, jelas bakal menghapus sebagian besar jejak kenangan.
tepat banget kyknya dtg kemarin itu, krn sebagian bangunan memang udah terenovasi, sebagian lg belum.

bel kentongan, dipake di tahun pertama, pas gw kelas 1 SMP.
fyi, dulu gw pernah 'ditugasi' untuk membunyikan bel kentongan ini lho. hahaha. :D

ruang kelas I-3, kelas gw dulu.. termasuk yg blm direnovasi, tp justru lega, msh bs gw liat. (T_T)

suasana kelasnya masih sama. dan jadilah gw wajib berfoto di lokasi yg sama tempat gw duduk pas kelas 1 SMP dulu! :D

pintu masuk ke ruang kelas II-5. belum terenovasi jg. segera tampaknya.

paling menyenangkan itu pas ketemu guru-gurunya. sebagian besar guru yg mengajar angkatan gw dulu ternyata masih ngajar disitu. ketemu dua guru yg ternyata jg msh inget sm gw. hahaha. "iya, kamu dulu itu anaknya rajin, pendiem banget!" < hahaha! sampe sekarang jg kok bu... ;p

sayang lupa banget untuk bisa foto sama guru-guru gw itu.
tapi tenang, justru itu kan tandanya kunjungan gw kemarin itu bukan untuk yg terakhir kalinya. ;)


Rabu, 26 Mei 2010

"Saya dilahirkan untuk Ainun"

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.

Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.

Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.

Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada, aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang, tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik. mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.

Selamat jalan,
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.

selamat jalan sayang,
cahaya mataku, penyejuk jiwaku,

selamat jalan, calon bidadari surgaku ….


BJ.HABIBIE



---meskipun ternyata puisi ini terbukti bukan buatan pak Habibie---

Selasa, 11 Mei 2010

Best Photos - Chapter One : tribute to CheRits~

Waktu terus berjalan dan mau tidak mau kita semua harus ikut bergerak maju.

Banyak yang berpikir, “saat ini terlalu berharga, seandainya waktu bisa berhenti!”,

tapi tidak, waktu tidak akan berhenti.

kita bisa bahagia, alat penghenti waktu itu sudah tercipta. Kamera, yang bisa menangkap momen-momen berharga, yang bisa memberikan kita bukti nyata ketika momen bahagia itu terjadi.

Ada begitu banyak foto yang sudah tersimpan, tapi beberapa di antaranya selalu bisa memberikan kesan setiap kali dilihat. Dan bagi si pemilik blog ini, inilah beberapa di antara beberapa tersebut.

Sebuah kartu ucapan terima kasih dari teman-teman CheRits, Ritsumeikan University.

3 kali menjadi ketua dari tim Sastra Jepang UGM, total 6 kali ikut membantu kegiatan CheRits di desa Kalaijo, Bantul, Yogyakarta. Sudah berkali-kali terucap dari mulut ini, kami lah yang harus berterima-kasih, atas kesempatan yang diberikan untuk bisa belajar berbahasa Jepang bersama mereka. Dan terlebih lagi, untuk usaha penyuluhan-penyuluhan yang sangat berharga untuk saudara-saudara kami di Bantul yang telah dan masih mereka lakukan. Meski berbeda kebangsaan, berbeda bahasa, tetap bisa menjalin hubungan persahabatan, hal yang tak ternilai.

Kami selalu ceria.

Di banyak kesempatan ketika mengikuti kegiatan bersama CheRits, yang dilakukan adalah berkunjung ke banyak rumah warga untuk mendapatkan data. Dan hal itu selalu dilakukan di siang hari, ketika panas matahari sedang terik-teriknya. Kepanasan di siang hari, sampai kehujanan sampai basah kuyup di tengah-tengah jalur setapak di pinggir sawah pas lagi mengukur jarak jalan, semua udah didapat. Anggota CheRits berkali-kali mengkhawatirkan kondisi kami, meminta maaf akan beratnya kegiatan. Tapi tidak teman-temanku, ini negeri kami, tanah kami dilahirkan. Cuaca apapun, badan kami jelas terbiasa dengan itu, dan dengan foto ini, semoga bisa membuktikan, kami selalu ceria dan dengan senang hati melakukannya.

Foto di hari terakhir berkegiatan, di kesempatan terakhir bisa ikut sebagai anggota.

Kalau ku egois, ku pasti berusaha menahan laju kelulusan, mencoba selama mungkin tetap menjadi mahasiswa Sastra Jepang UGM, untuk terus bisa ikut berkegiatan dengan mereka setiap tahunnya. Tapi jelas tidak, kelulusan adalah sebuah keharusan, dan saya tidak bodoh untuk tidak sesegera mungkin melakukannya. Dan akhirnya ku lulus, foto ini pun jadi bukti, saat terakhir mengikuti kegiatan bersama Cherits sebagai anggota tim UGM. Kesempatan yang berharga.

Janji itu terpenuhi sudah.

“ku pasti datang lagi dan ikut kegiatan lagi sebagai OB!”

Itu janji yang sudah terucap ketika berpisah dengan mereka di kegiatan September 2009, saat terakhir ikut sebagai anggota tim UGM dalam kegiatan bersama CheRits UGM.

Sudah lulus, balik lagi tinggal di Jakarta, mendapatkan pekerjaan, membuat kesempatan memenuhi janji itu serasa lebih mudah meminta maaf dan melupakannya begitu aja. Tapi, janji adalah janji, dan akhirnya, ku bisa pergi kesana. Hanya bisa ikut kegiatan di satu hari, tapi cukup bisa melihat apa yang sudah dilakukan selama seminggu sebelumnya dan sebagai senior mereka, ku bisa yakin, mereka pasti bisa melanjutkannya dengan baik. Mungkinkah di antara mereka ada yang sadar, di hari itu, meski cuaca sedang panas-panasnya, ku tak bisa berhenti tersenyum. Bahagia.