Kamis, 07 November 2013

Dasi Tiap Hari

Dulu, papa pergi kerja ke kantor dengan pakaian seragam. Kantornya bersebelahan langsung dengan pabrik, alhasil tiap hari papa pergi kerja menggunakan seragam pabrik. Sebagai anak kecil, melihat paman yang kerja dengan kemeja licin dan memakai dasi, merasa hal itu adalah lebih dari yang biasanya.
Selama kuliah, kaos oblonglah yang paling sering terpakai, kemeja lengan pendek cukup jarang, kemeja lengan panjang juga, apalagi pakai dasi. Wawancara kerja untuk pekerjaan pertama, kemeja bahan licin warna biru gelap, celana panjang bahan hitam, dan muncullah dasi terikat utuh di kerah kemeja. Sudah terasa senangnya waktu itu. Pekerjaan pertama, ketika setiap pegawai pria harus memakai kemeja dan dasi di hari Senin sampai hari Kamis. Lalu pekerjaan kedua, kemeja licin ditambah blazer formal, dasi justru tidak dipakai, meskipun yang ditemui orang-orang hotel yang berdasi. Alhasil, paling sering dibeli pada saat itu berbagai macam kemeja berupa motif dan blazer formal warna lainnya selain warna hitam.

Tiba di pekerjaan ketiga, yang sekarang sedang dinikmati. Bekerja di sebuah hotel, bintang lima di tengah kota, berdiri di garis depan penjualan. Celana hitam, ikat pinggang hitam, kemeja lengan panjang putih, jas hitam, dan sebuah dasi wajib terpasang di kerah yang terkancing rapih.
i love this outfit.
Warna celana jelas harus hitam, tapi bentuknya bisa dibeli yang pas dengan ukuran kaki, mengikuti kadar kekerenan masa kini. Jas kerja juga, bisa dibeli yang lebih sesuai dengan lekuk tubuh. Kemeja lengan panjang, banyak teman kantor pakai yang tidak putih, tapi ku lebih suka yang putih polos. Akhirnya dasi, bisa bermacam-macam. Sangat suka membeli dasi, sejauh ini setiap bulan membeli dasi. Hitam, hijau, merah, biru, coklat, kuning, sampai merah muda. Seminggu sekali, di pagi hari, bisa berkata ke diri sendiri, kenapa pilihan dasi-dasi ini masih terasa kurang, serasa tiap hari dasinya harus berbeda. Sekarang sudah ada lima belas, entah akan sampai berapa banyak.