jam 1 siang, kaki pun melangkah..
dari Cileungsi, melewati Cimanggis, melewati Cibubur, melewati Depok, melewati Cawang dan sampai di Rawamangun. masuk ke sebuah tempat tujuan.
duduk, diam, terlena.
hilang sudah tujuan yang sudah direncanakan sedari jam 11 pagi tadi.
berbincang selama 1 jam lebih, menelpon seorang teman, kaki pun melangkah lagi.
menuju Arion Plaza. hhhh. tempat ini. sebuah pusat perbelanjaan kecil yang nasibnya sudah seperti hidup segan, karena isinya sudah tak ramai lagi, mati pun tak mau, karena masih banyak saja orang yang mengunjunginya. dulu ketika SMP dan SMA, mall kecil ini selalu menjadi persinggahan ketika lelah menerpa setelah berlari-lari di stadion Velloedrome yang ada di seberangnya. dah berapa lama ya hal itu terlewati?
melepas lelah dan mencoba menghilangkan keringat setelah berlari ratusan meter demi nilai atletik di pelajaran olah raga bersama teman.
setelah bertemu bersama teman, kami memutuskan berpindah tempat ke Plasa Semanggi.
jauh, jadi naik TransJakarta saja. dan, sayangnya kami dengan 'bahagianya' memilih waktu untuk naik TransJakarta di saat jam pulang kantor. penuh, sesak. hahaha.
sempat tertawa-tawa kecil ketika kami berdua mendapati seorang penumpang pria yang tak jauh berdiri dari kami berbicara dengan temannya melalui telpon genggam.
"iya coy, gw lagi di busway nih.
ya gitu deh coy, macet, penuh.
........bla bla bla....
ya gitu coy...
...bla bla bla...
oke deh coy, gampanglah itu...
...bla bla bla..
oke coy, ntar gw telpon loe lagi ya coy.."
dan telpon itu pun mati.
astaga naga, cowok itu ga bisa bicara tanpa ada kata coy di kalimat-kalimatnya ya??
hahahaha...
naik TransJakarta dari koridor Rawamangun ke Plasa Semanggi, kami harus transit di halte Dukuh Atas. turun di halte, perlu 5 detik ku baru bisa lancar berjalan lagi karena ku bengong. ada antrian yang sangaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat panjaaaaaaaang. bukan antrian orang-orang yang mau keluar dari halte itu, tapi antrian orang-orang yang akan naik bus menuju arah sebalilknya dari bus yang ku naiki tadi.
melewati mereka yang berjubel itu, sekitar 3 orang berdampingan membentuk antrian yang panjangnya ada sekitar 300meter. ku sempat berdoa kecil, semoga kaki kalian tetap kuat untuk berdiri selama mengantri itu ya...
sampai di Plasa Semanggi, naik ke atas. pengen makan di area sky dining, tapi terhalang dengan setiap bangku telah terisi penuh. berjalan ke food court, kami berbahagia dapat tempat di pinggir jendela yang dengan gamblangnya memaparkan keindahan kota Jakarta dengan lampu-lampu dari gedung-gedung tingginya yang kerlap-kerlip menghibur mata kami.
The Pasifc Place, Jakarta Stock Exchange Building, The Capital Residence, Polda Metro Jaya, The Energy, Plaza Mandiri dan gedung-gedung lainnya berdiri kokoh di hadapan kami.
makan bakso dengan seharga 15.ooo rupiah. tidak mengomel, karena rasanya memang tidak terlalu mengecewakan dan mereka tidak memakai msg.
temanku merokok, di depanku. ya, roy sedang baik hati. untung juga asap rokok itu ga tertiup ke arahnya. jadi baik-baik saja.
teman dari temanku itu datang. baru saja fitness di Fitness First yang ada di ground floor katanya. hummm, pulang kerja, fitness dulu terus nongkrong bareng temen sebelum pulang ke rumah, gaya hidup metropolitan para pekerja Sudirman line kah? hehehe. bikin aku ngiri aja. hahahaha.
dari situ ku berpisah dengan temanku itu.
dia akan naik taksi dengan temannya itu, aku tetap ingin pulang dengan naik TransJakarta lagi, untuk menikmati indahnya malam di kota ini..
hujan, ternyata hujan deras. setiap orang di lobi, berebutan menunggu taksi, berdiri dalam diam beberapa orang menunggu jemputan mereka, dan yang lainnya ada yang menunggu hujan ada juga yang mencari ojek payung.
dan roy? menemukan seorang anak remaja, yang membawa sebuah payung untuk diojekan. ya, ku butuh sebuah payung untuk melindungi ku dari hujan sampai ke halte TransJakarta terdekat.
"ojek payungnya berapa sampe halte situ?"
"berapa aja bang.."
berapa aja, hanya itu yang mereka bilang.
ku terima payung itu dan mulai berjalan menembus hujan.
ketika berjalan menembus hujan itu, ku membawa sebuah payung ukuran jumbo, muat untuk 3 orang dijejalkan demi tak kehujanan. tapi ku cuma sendiri, dan pemuda itu hanya mengikuti di belakangku dengan membiarkan dirinya berjalan tanpa tertutupi apapun dari air hujan.
ku berhenti sejenak,
"udah, bareng aja, payungnya juga gede muat buat 2 orang.."
"ga usah bang, gapapa"
ku lanjut berjalan.
ku hanya berpikir, aku mungkin bisa jadi seperti dia.
ketika sekarang, Tuhan memberkati diriku hingga ada di keadaan seperti ini, aku harus bersyukur. hanya bisa berpikir, kata-kata susah untuk dikeluarkan.
sampai di halte, sampai di titik ku bisa melanjutkan jalan tanpa payung, ku berikan kembali payung itu. ku kembali bertanya dalam hati, jadi berapa yang harus kuberikan?
membuka dompet, dan tanpa ragu membayar sejumlah uang. tidak lupa sebuah ucapan terima kasih kepada mereka yang telah berjuang mencari uang dengan membantu orang-orang yang butuh alat yang mereka bawa.
sampai di halte, ku hanya mendapati keheningan selama 30 menit, bus yang ditunggu lama sekali datang. ketika datang, yang ada kembali menjadi 'dendeng' di dalam bus itu, masuk ke dalam bus yang penuh sesak.
huh.. impian menikmati malam Jakarta sepertinya tak seindah yang telah dibayangkan..
bus melaju cepat, membuat setiap badan di dalam bus harus ekstra hati-hati.
bus melewati Bundaran HI. melewati 2 pusat perbelanjaan besar dan mewah kota Jakarta.
yang terlihat, reklame-reklame menyilaukan mata dari Harvey Nichols, Zara, Salvatore Ferragamo, Gucci. sangat menyilaukan mata.
ku tiba transit di halte Harmoni. beruntung tidak ada antrian dan tinggal naik bus yang menuju Pulogadung. dapat tempat duduk, nyaman.
di tengah jalan, ku berpikir, malas sekali harus masuk ke terminal Pulogadung yang tentunya becek dengan hujan seperti malam ini. turun di halte Pulo Mas, yang sudah sangaaaaat sepi.
huh. bikin perasaan merinding. mending kalo setan yang muncul, kalo rampok yang muncul gimana???
Tuhan menolong dengan datangnya angkutan KWK 04. duduk diam, dengan hanya ada 4 orang di dalamnya. sampai di seberang Arion Plaza, ku turun.
hhhhh. sampainya di tempat ini lagi. ku lihat jam, sudah 22:46.
sudah malam ya.. hahahaha...
mari pulang, naik angkutan mikrolet 02. sepi, cuma ada 2 orang di dalamnya termasuk aku ini.
supirnya sudah tua, dan dia tak lelah mengeluh sepanjang jalan dengan bergumam susah dapat setoran tinggi kalau hujan terus seperti malam ini.
yah, hujan terkadang tidak bisa menjadi berkah untuk beberapa orang di saat tertentu.
sampai tujuan, bayar, dan kembali berjalan.
masih hujan, tidak deras tapi hanya rintik-rintik.
jalan sambil kehujanan, jadi ingat ketika ku SD.
setiap hujan ketika waktu pulang sekolah, ku dan yang lain akan senang. kenapa?
saatnya membuka sepatu, buka kaos kaki, masukin sepatu dan kaos kaki ke tas kresek n masukin ke tas, lalu, saatnya pulang dengan hujan-hujanan!
berjalan berlarian bersama, menikmati air hujan yang deras maupun rintik-rintik, menjejalkan kaki ke setiap genangan air yang ada di jalan.
hahaha. jorok banget. tapi itu pikiran ku sekarang. dulu, yang ku pikirkan hanyalah kesenangan. senang bermain hujan-hujanan bersama teman saat pulang sekolah, meski esok bisa saja tidak masuk sekolah karena demam. hehehe.
cukup nostalgianya. sudah sampau rumah. ambil kunci dari tas. cekrek cekrek.
kok ga bisa kebuka??? dah jam 11 malam lebih nih..
kakak ku dengan sadarnya menutup kunci grendel pintu, kunci yang ku bawa tak kuasa untuk membuka pintu.
untung pulsa penuh, ambil hp, telpon kakak.
kakak ketiga, ga diangkat, yang ada di-reject.
kakak keempat, ga diangkat.
kakak kedua, ga diangkat.
hiks.....................................................hiksss...
untung, kakak keempat bangun, membukakan pintu.
i'm home, at last...
malam itu, sebuah rumah menjadi sebuah tempat yang benar-benar berarti..
dari Cileungsi, melewati Cimanggis, melewati Cibubur, melewati Depok, melewati Cawang dan sampai di Rawamangun. masuk ke sebuah tempat tujuan.
duduk, diam, terlena.
hilang sudah tujuan yang sudah direncanakan sedari jam 11 pagi tadi.
berbincang selama 1 jam lebih, menelpon seorang teman, kaki pun melangkah lagi.
menuju Arion Plaza. hhhh. tempat ini. sebuah pusat perbelanjaan kecil yang nasibnya sudah seperti hidup segan, karena isinya sudah tak ramai lagi, mati pun tak mau, karena masih banyak saja orang yang mengunjunginya. dulu ketika SMP dan SMA, mall kecil ini selalu menjadi persinggahan ketika lelah menerpa setelah berlari-lari di stadion Velloedrome yang ada di seberangnya. dah berapa lama ya hal itu terlewati?
melepas lelah dan mencoba menghilangkan keringat setelah berlari ratusan meter demi nilai atletik di pelajaran olah raga bersama teman.
setelah bertemu bersama teman, kami memutuskan berpindah tempat ke Plasa Semanggi.
jauh, jadi naik TransJakarta saja. dan, sayangnya kami dengan 'bahagianya' memilih waktu untuk naik TransJakarta di saat jam pulang kantor. penuh, sesak. hahaha.
sempat tertawa-tawa kecil ketika kami berdua mendapati seorang penumpang pria yang tak jauh berdiri dari kami berbicara dengan temannya melalui telpon genggam.
"iya coy, gw lagi di busway nih.
ya gitu deh coy, macet, penuh.
........bla bla bla....
ya gitu coy...
...bla bla bla...
oke deh coy, gampanglah itu...
...bla bla bla..
oke coy, ntar gw telpon loe lagi ya coy.."
dan telpon itu pun mati.
astaga naga, cowok itu ga bisa bicara tanpa ada kata coy di kalimat-kalimatnya ya??
hahahaha...
naik TransJakarta dari koridor Rawamangun ke Plasa Semanggi, kami harus transit di halte Dukuh Atas. turun di halte, perlu 5 detik ku baru bisa lancar berjalan lagi karena ku bengong. ada antrian yang sangaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat panjaaaaaaaang. bukan antrian orang-orang yang mau keluar dari halte itu, tapi antrian orang-orang yang akan naik bus menuju arah sebalilknya dari bus yang ku naiki tadi.
melewati mereka yang berjubel itu, sekitar 3 orang berdampingan membentuk antrian yang panjangnya ada sekitar 300meter. ku sempat berdoa kecil, semoga kaki kalian tetap kuat untuk berdiri selama mengantri itu ya...
sampai di Plasa Semanggi, naik ke atas. pengen makan di area sky dining, tapi terhalang dengan setiap bangku telah terisi penuh. berjalan ke food court, kami berbahagia dapat tempat di pinggir jendela yang dengan gamblangnya memaparkan keindahan kota Jakarta dengan lampu-lampu dari gedung-gedung tingginya yang kerlap-kerlip menghibur mata kami.
The Pasifc Place, Jakarta Stock Exchange Building, The Capital Residence, Polda Metro Jaya, The Energy, Plaza Mandiri dan gedung-gedung lainnya berdiri kokoh di hadapan kami.
makan bakso dengan seharga 15.ooo rupiah. tidak mengomel, karena rasanya memang tidak terlalu mengecewakan dan mereka tidak memakai msg.
temanku merokok, di depanku. ya, roy sedang baik hati. untung juga asap rokok itu ga tertiup ke arahnya. jadi baik-baik saja.
teman dari temanku itu datang. baru saja fitness di Fitness First yang ada di ground floor katanya. hummm, pulang kerja, fitness dulu terus nongkrong bareng temen sebelum pulang ke rumah, gaya hidup metropolitan para pekerja Sudirman line kah? hehehe. bikin aku ngiri aja. hahahaha.
dari situ ku berpisah dengan temanku itu.
dia akan naik taksi dengan temannya itu, aku tetap ingin pulang dengan naik TransJakarta lagi, untuk menikmati indahnya malam di kota ini..
hujan, ternyata hujan deras. setiap orang di lobi, berebutan menunggu taksi, berdiri dalam diam beberapa orang menunggu jemputan mereka, dan yang lainnya ada yang menunggu hujan ada juga yang mencari ojek payung.
dan roy? menemukan seorang anak remaja, yang membawa sebuah payung untuk diojekan. ya, ku butuh sebuah payung untuk melindungi ku dari hujan sampai ke halte TransJakarta terdekat.
"ojek payungnya berapa sampe halte situ?"
"berapa aja bang.."
berapa aja, hanya itu yang mereka bilang.
ku terima payung itu dan mulai berjalan menembus hujan.
ketika berjalan menembus hujan itu, ku membawa sebuah payung ukuran jumbo, muat untuk 3 orang dijejalkan demi tak kehujanan. tapi ku cuma sendiri, dan pemuda itu hanya mengikuti di belakangku dengan membiarkan dirinya berjalan tanpa tertutupi apapun dari air hujan.
ku berhenti sejenak,
"udah, bareng aja, payungnya juga gede muat buat 2 orang.."
"ga usah bang, gapapa"
ku lanjut berjalan.
ku hanya berpikir, aku mungkin bisa jadi seperti dia.
ketika sekarang, Tuhan memberkati diriku hingga ada di keadaan seperti ini, aku harus bersyukur. hanya bisa berpikir, kata-kata susah untuk dikeluarkan.
sampai di halte, sampai di titik ku bisa melanjutkan jalan tanpa payung, ku berikan kembali payung itu. ku kembali bertanya dalam hati, jadi berapa yang harus kuberikan?
membuka dompet, dan tanpa ragu membayar sejumlah uang. tidak lupa sebuah ucapan terima kasih kepada mereka yang telah berjuang mencari uang dengan membantu orang-orang yang butuh alat yang mereka bawa.
sampai di halte, ku hanya mendapati keheningan selama 30 menit, bus yang ditunggu lama sekali datang. ketika datang, yang ada kembali menjadi 'dendeng' di dalam bus itu, masuk ke dalam bus yang penuh sesak.
huh.. impian menikmati malam Jakarta sepertinya tak seindah yang telah dibayangkan..
bus melaju cepat, membuat setiap badan di dalam bus harus ekstra hati-hati.
bus melewati Bundaran HI. melewati 2 pusat perbelanjaan besar dan mewah kota Jakarta.
yang terlihat, reklame-reklame menyilaukan mata dari Harvey Nichols, Zara, Salvatore Ferragamo, Gucci. sangat menyilaukan mata.
ku tiba transit di halte Harmoni. beruntung tidak ada antrian dan tinggal naik bus yang menuju Pulogadung. dapat tempat duduk, nyaman.
di tengah jalan, ku berpikir, malas sekali harus masuk ke terminal Pulogadung yang tentunya becek dengan hujan seperti malam ini. turun di halte Pulo Mas, yang sudah sangaaaaat sepi.
huh. bikin perasaan merinding. mending kalo setan yang muncul, kalo rampok yang muncul gimana???
Tuhan menolong dengan datangnya angkutan KWK 04. duduk diam, dengan hanya ada 4 orang di dalamnya. sampai di seberang Arion Plaza, ku turun.
hhhhh. sampainya di tempat ini lagi. ku lihat jam, sudah 22:46.
sudah malam ya.. hahahaha...
mari pulang, naik angkutan mikrolet 02. sepi, cuma ada 2 orang di dalamnya termasuk aku ini.
supirnya sudah tua, dan dia tak lelah mengeluh sepanjang jalan dengan bergumam susah dapat setoran tinggi kalau hujan terus seperti malam ini.
yah, hujan terkadang tidak bisa menjadi berkah untuk beberapa orang di saat tertentu.
sampai tujuan, bayar, dan kembali berjalan.
masih hujan, tidak deras tapi hanya rintik-rintik.
jalan sambil kehujanan, jadi ingat ketika ku SD.
setiap hujan ketika waktu pulang sekolah, ku dan yang lain akan senang. kenapa?
saatnya membuka sepatu, buka kaos kaki, masukin sepatu dan kaos kaki ke tas kresek n masukin ke tas, lalu, saatnya pulang dengan hujan-hujanan!
berjalan berlarian bersama, menikmati air hujan yang deras maupun rintik-rintik, menjejalkan kaki ke setiap genangan air yang ada di jalan.
hahaha. jorok banget. tapi itu pikiran ku sekarang. dulu, yang ku pikirkan hanyalah kesenangan. senang bermain hujan-hujanan bersama teman saat pulang sekolah, meski esok bisa saja tidak masuk sekolah karena demam. hehehe.
cukup nostalgianya. sudah sampau rumah. ambil kunci dari tas. cekrek cekrek.
kok ga bisa kebuka??? dah jam 11 malam lebih nih..
kakak ku dengan sadarnya menutup kunci grendel pintu, kunci yang ku bawa tak kuasa untuk membuka pintu.
untung pulsa penuh, ambil hp, telpon kakak.
kakak ketiga, ga diangkat, yang ada di-reject.
kakak keempat, ga diangkat.
kakak kedua, ga diangkat.
hiks.....................................................hiksss...
untung, kakak keempat bangun, membukakan pintu.
i'm home, at last...
malam itu, sebuah rumah menjadi sebuah tempat yang benar-benar berarti..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar